A Menentukan jenis buku yang ingin diresensi B. Menentukan bagian paling menarik dari buku C. Menyusun iktisar dari buku tersebut D. Menaksir harga buku E. Membaca buku hingga halaman terakhir Jawaban: D. Menaksir harga buku 15. Yang bukan merupakan unsur-unsur dalam resensi novel adalah . A. Kepengarangan B. Sinopsis C. Kelemahan Novel PembahasanResensi buku memiliki bagian-bagian tertentu yang membedakan dengan artikel maupun tulisan lain. Bagian tersebut yaitu terdiri dari judul resensi, identitas buku yang diresensi, sampul buku yang diresensikan, dan pembuka resensi. Masing-masing bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Judul resensi . Judul dalam resensi, sebaiknya berupa frasa maupun klausa. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca tertarik untuk mengetahui isi sebenarnya dari buku yang dibuat resensinya. Penulis resensi juga harus menyesuaikan antara judul resensi dengan isi dari resensi. Sebab, jika terjadi ketidaksesuaian, akan menyebabkan pembaca merasa ditipu oleh penulis. Identitas buku . Identitas buku yang dicantumkan dalam resensi buku, dapat meliputi judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, kota terbit, ukuran buku, dan jumlah halaman buku. Harga buku tidak perlu dicantumkan, karena dapat berbeda-beda, bergantung pada toko yang menjualnya. Sampul buku . Sampul buku perlu disampaikan pada pembaca agar pembaca bisa mendapatkan buku yang diresensikan dengan mudah. Sampul buku perlu di-scan, sehingga tampak menarik dan bisa mirip dengan buku yang asli. Pembuka buku . Hal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan pembaca tentang apa yang akan dibaca dalam resensi buku. Penulis perlu menguraikan maupun memaparkan pembuka resensi dengan menarik. Mengapa demikian? Agar pembaca semangat untuk membaca resensi secara utuh. Bahasa yang digunakan pengarang buku perlu diperhatikan oleh penulis . Hal-hal yang diperhatikan, meliputi ungkapan, tata bahasa, struktur kalimat, dan gaya bahasa. Nilai-nilai buku yang berisi tentang gambaran umum dari isi buku . Penulis resensi dapat membandingkan karya yang diresensikan dengan karya yang dihasilkan oleh pengarang lain yang berbeda dengan buku yang diresensikan. Selain itu, nilai buku dapat berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diperoleh pembaca, setelah membaca buku tersebut. Kelebihan dan kelemahan dari buku yang diresensikan . Kelebihan dan kelemahan tersebut dapat dinilai dengan berdasarkan pada unsur-unsur intrinsik dari buku. Unsur-unsur intrinsik tersebut, meliputi tema, latar, alur, gaya bahasa, dan penokohan. Ulasan dalam unsur-unsur intrinsik buku, dapat dilakukan secara lengkap atau berdasarkan pada yang paling menonjol. Ringkasan buku atau disebut juga sebagai ikhtisar buku . Ringkasan buku perlu disesuaikan dengan alur yang dibangun oleh pengarang, ketika resensi tersebut berhubungan dengan buku jenis fiksi. Berbeda halnya, ketika berhubungan dengan buku nonfiksi. Ringkasan buku lebih menekankan pada cerminan dari hal-hal pokok, maupun bab atau subbab yang penting dalam buku. Berdasarkan penjelasan unsur-unsur resensi di atas, maka yang bukan bagian penilaian buku adalah penerbit buku . Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah buku memiliki bagian-bagian tertentu yang membedakan dengan artikel maupun tulisan lain. Bagian tersebut yaitu terdiri dari judul resensi, identitas buku yang diresensi, sampul buku yang diresensikan, dan pembuka resensi. Masing-masing bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut Judul resensi. Judul dalam resensi, sebaiknya berupa frasa maupun klausa. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca tertarik untuk mengetahui isi sebenarnya dari buku yang dibuat resensinya. Penulis resensi juga harus menyesuaikan antara judul resensi dengan isi dari resensi. Sebab, jika terjadi ketidaksesuaian, akan menyebabkan pembaca merasa ditipu oleh penulis. Identitas buku. Identitas buku yang dicantumkan dalam resensi buku, dapat meliputi judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, kota terbit, ukuran buku, dan jumlah halaman buku. Harga buku tidak perlu dicantumkan, karena dapat berbeda-beda, bergantung pada toko yang menjualnya. Sampul buku. Sampul buku perlu disampaikan pada pembaca agar pembaca bisa mendapatkan buku yang diresensikan dengan mudah. Sampul buku perlu di-scan, sehingga tampak menarik dan bisa mirip dengan buku yang asli. Pembuka buku. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan pembaca tentang apa yang akan dibaca dalam resensi buku. Penulis perlu menguraikan maupun memaparkan pembuka resensi dengan menarik. Mengapa demikian? Agar pembaca semangat untuk membaca resensi secara utuh. Bahasa yang digunakan pengarang buku perlu diperhatikan oleh penulis. Hal-hal yang diperhatikan, meliputi ungkapan, tata bahasa, struktur kalimat, dan gaya bahasa. Nilai-nilai buku yang berisi tentang gambaran umum dari isi buku. Penulis resensi dapat membandingkan karya yang diresensikan dengan karya yang dihasilkan oleh pengarang lain yang berbeda dengan buku yang diresensikan. Selain itu, nilai buku dapat berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diperoleh pembaca, setelah membaca buku tersebut. Kelebihan dan kelemahan dari buku yang diresensikan. Kelebihan dan kelemahan tersebut dapat dinilai dengan berdasarkan pada unsur-unsur intrinsik dari buku. Unsur-unsur intrinsik tersebut, meliputi tema, latar, alur, gaya bahasa, dan penokohan. Ulasan dalam unsur-unsur intrinsik buku, dapat dilakukan secara lengkap atau berdasarkan pada yang paling menonjol. Ringkasan buku atau disebut juga sebagai ikhtisar buku. Ringkasan buku perlu disesuaikan dengan alur yang dibangun oleh pengarang, ketika resensi tersebut berhubungan dengan buku jenis fiksi. Berbeda halnya, ketika berhubungan dengan buku nonfiksi. Ringkasan buku lebih menekankan pada cerminan dari hal-hal pokok, maupun bab atau subbab yang penting dalam buku. Berdasarkan penjelasan unsur-unsur resensi di atas, maka yang bukan bagian penilaian buku adalah penerbit buku. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah E. Metodepenilaian kinerja pada dasarnya untuk mengetahui samapai sejauh mana tingkat keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Penelitian ini akan dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan yang beralamat di Jl. Dr. Ferdinand Lumban Tobing No.10, Ujung Padang, Padangsidimpuan Selatan, Kota Untuk menyusun laporan hasil pembacaan buku pengayaan nonfiksi, harus memuat beberapa hal. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. Identitas buku yang terdiri dari judul buku, nama penulis, penerbit, tahun terbit, kota terbit, jumlah, halaman, dan ukuran buku. Isi buku meliputi muatan informasi yang ada dalam buku. Informasi tersebut bisa didapatkan melalui rangkuman yang dapat dipertimbangkan melalui daftar isi atau judul-judul bab buku tersebut. Kelebihan buku dapat mencantumkan dari segi bahasa yang disajikan pada buku, ilustrasi yang ada pada buku, kesesuaian buku dengan usia pembaca, dan ukuran buku. Kekurangan buku dapat mencantumkan pendapat mengenai hal-hal yang membuat pembaca merasa tidak suka dengan beberapa hal dari buku tersebut. Simpulan berisi penilaian buku terhadap isi buku secara menyeluruh dan dapat berupa saran. Berdasarkan penjelasan tersebut, pernyataan yang tepat berkaitan dengan laporan pembacaan buku nonfiksi terdapat pada pernyataan nomor 2, 4, dan 5. Pernyataan 1 tidak tepat karena simpulan harus berisi penilaian secara menyeluruh, tidak hanya berisi kelebihan buku saja. Pernyataan 3 juga tidak tepat karena saat menyusun laporan pembacaan buku pengayaan nonfiksi tidak hanya fokus pada kekurangan buku saja, tetapi pada lima hal, yaitu identitas buku, isi buku, kelebihan buku, kekurangan buku, dan simpulan. Pernyataan 6 tidak tepat karena identitas buku harus terdiri dari judul buku, nama penulis, penerbit, tahun terbit, kota terbit, jumlah halaman, dan ukuran buku. Pernyataan 7 juga tidak tepat karena saat melaporkan bagian isi buku, rangkuman yang dibuat dapat dipertimbangkan dari judul-judul bab atau daftar isinya, tidak harus berdasarkan judul-judul bab dan daftar isi buku. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah E. Berikutini adalah bagian dari meresensi, kecuali a. Membeli b. Menilai c. Membahas d. Menyunting 4. Berikut ini adalah sebuah kalimat yang mengungkapkan sebuah kelemahan buku, adalah a. Buku ini cukup menarik, ada beberapa bagian yang jalan ceritanya tidak tertebak. b. Hadirnya buku ini telah memperkaya pengetahuan mengenai kesehatan mental. 67% found this document useful 12 votes17K views21 pagesOriginal TitleSOAL © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?67% found this document useful 12 votes17K views21 pagesSoal ResensiOriginal TitleSOAL to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Jawaban C. menganalisa struktur teks, yaitu memisahkan bagian abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, berikut ini termasuk langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis teks anekdot, kecuali menganalisa struktur teks, yaitu memisahkan bagian abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Pengertian Review Buku Cara Membuat Review Buku1. Menuliskan Identitas Buku2. Baca Daftar Isi & Sinopsis3. Baca Bukunya4. Ungkapkan Apa Yang Kamu Sukai Dari Isi Buku5. Sampaikan Teknik Penulis Dalam Menuliskan Buku6. Beri Penilaian7. Membuat KesimpulanContoh Review Buku Contoh review buku dapat dijadikan pembelajaran menulis resensi buku. Terutama buat Anda yang belum pernah menulis resensi buku sama sekali nih. Biasanya saat mencari tahu cara membuat review buku, yang ada di internet, kebanyakan teorinya. Nah, pada kali ini kita akan intip langsung cara membuat review buku disertai contoh review buku. Daripada berlama-lama, yuks kita simak ulasannya sebagai berikut. Pengertian Review Buku review buku atau yang lebih familiar dengan menulis deskripsi atau mengevaluasi isi buku tersebut. Namanya juga review, orang yang menilai atau mengevaluasi buku tersebut. Dengan kata lain, tugas seorang review buku adalah menjelaskan isi buku secara keseluruhan, termasuk mengomentari masalah kelemahan dan kelebihan dari isi buku. Sebenarnya tidak hanya itu saja sih. Terdapat beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh preview. Apa saja sih? Kita ulas di sub bab di Cara Membuat Review Buku berikut ini. Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan iniGRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM] Cara Membuat Review Buku Jika tadi sudah diulas sedikit tentang apa sih review buku itu? Nah, ada beberapa cara yang perlu digaris bawahi. Oh iya, cara di bawah ini hanya cara secara umum. Bagi mereview buku yang sudah terbiasa menulis, mereka memiliki cara dan teori penulisan yang berbeda. Sebelum memperlihatkan contoh review buku, langsung saja kita intip langkah-langkah membuat review buku di bawah ini. 1. Menuliskan Identitas Buku Jika kamu melihat contoh review buku di bagian bawah, terdapat identitas buku. Unsur identitas yang perlu ditulis dalam meresensi buku meliputi a. Judul Buku Jangan lupa untuk menuliskan judul asli dari buku yang diresensi, karena banyak judul buku yang mengangkat tema yang sama. b. Pengarang Menuliskan nama pengarang buku yang diresensi. Beberapa kasus, nama yang sudah familiar lebih banyak dilirik oleh penggemarnya. Sebaliknya, penulis yang kurang familiar, tidak begitu mendapatkan perhatian. Yah, walaupun ini bukan jaminan buku akan dilirik atau tidak. c. Kategori Kategorisasi buku terkadang perlu dicantumkan, untuk memudahkan pembaca buku tersebut masuk ke dalam kategorisasi apa. Karena banyak loh kasus yang dari judul buku seperti buku motivasi, saat dibaca isinya jauh dari buku motivasi. d. ISBN Jika diperhatikan di contoh review buku, di sana juga ada yang namannya ISBN. ISBN penting karena berupa kode yang memudahkan dalam proses distribusi. e. Ukuran Apakah harus menuliskan ukuran buku? Jawabannya harus. Ukuran buku akan memudahkan dalam menganalisis besaran buku aslinya. Cara efektif memudahkan calon pembeli memperkirakan standar harga buku hanya dengan ketebalan halaman. f. Halaman Termasuk masalah halaman, juga penting dan wajib dituliskan dalam data review buku. Kenapa? Karena jika tidak dicantumkan berapa halamannya, maka akan menimbulkan pertanyaan. Fungsinya sebenarnya sama dengan ukuran buku, untuk memberikan gambaran ketebalan buku. g. Harga Harga juga sangat penting dicantumkan. Karena jika harganya mahal orang akan berpikir dua kali. Sebaliknya, jika harga mahal namun ketebalannya banyak, orang pun tidak akan ragu-ragu untuk membelinya. h. Tahun Terbit Di contoh review buku terdapat tahun terbit. Fungsinya untuk menunjukan bahwa buku tersebut adalah buku baru. Jika tidak dicantumkan tahun terbitnya kapan, khawatirnya itu buku terbitan tahun yang sudah berlalu. Itulah beberapa identitas buku yang wajib ditulis setiap kali melakukan review buku. Anda bisa lihat di lembar contoh review buku di bawah. 2. Baca Daftar Isi & Sinopsis Penting juga seorang reviewer membaca daftar isi dan bagian sinopsis buku. Dua bagian ini adalah rahasia membaca cepat untuk mengetahui garis besar isi yang akan dibahas. Meskipun sudah tahu garis besar yang akan dibahas, tetap prioritaskan untuk membaca semua isi buku sebelum menulis review. 3. Baca Bukunya Memang menulis review buku tidak semudah ketika kita melihat contoh review buku. Karena demi bisa melahirkan review buku, Anda harus membaca bukunya terlebih dahulu. Seorang editor review buku lebih tajam melihat kita mereview dengan cara membaca dan tidak membaca. Nah, untuk menghindari hal-hal seperti ini penting banget buat Anda untuk membaca dulu seluruh isi buku. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Beda loh, reviewer yang membaca buku dan tidak. Setidaknya akan terlihat dari tingkat penghayatan isi review. Pihak penulis buku pun juga tahu mana reviewer yang membaca bukunya dengan yang tidak. Karena pasti akan terlihat dari review buku. 4. Ungkapkan Apa Yang Kamu Sukai Dari Isi Buku Jika kamu perhatikan di contoh review buku, di sana ada sisi kelemahan dan kelebihan dari buku yang direview. Jika konteks review buku kamu untuk kompetisi wajib mencantumkan kesan atau apa yang kamu sukai dari isi buku yang Anda reviews. Termasuk menuliskan kekurangan dari buku. Oh iya, meskipun perlu menuliskan kelemahan dari isi buku yang diresensi, jangan terlalu berlebihan mengulas sisi kelemahannya. JIka bisa, sisi kelemahan yang ada di cari-cari sisi positifnya. Agar tidak terkesan menjatuhkan isi buku. Kita harus ingat bahwa preview buku juga seorang marketing buku, yang memasarkan buku yang ditulis. Jadi prinsipnya jika ingin menjatuhkan, jangan lupa untuk menjunjung kembali. Itulah rahasia dari review buku agar lolos lomba atau lolos seleksi redaksi. 5. Sampaikan Teknik Penulis Dalam Menuliskan Buku Jika diperhatikan secara jeli, di contoh review buku penting banget untuk menyampaikan teknik penulis buku dalam menyampaikan gagasannya. Jadi tidak ada salahnya jika Anda ingin membeberkan tentang alur dan gaya bahasa yang digunakan penulis, sah-sah saja. Boleh despoiler sedikit. Fungsinya hanya agar memberikan rasa penasaran calon pembaca dan akhirnya tertarik ingin membaca buku tersebut secara langsung. 6. Beri Penilaian Namannya juga seorang review buku, maka wajib hukumnya buat memberikan penilaian terhadap buku tersebut. Bagaimana jika ragu saat memberikan penilaian? Ingat apa yang kamu suarakan adalah bentuk penilaian terhadap buku. Setiap penilaian yang bersifat pendapat, tidak ada kebenaran mutlak. Semua pendapat adalah benar, karena memiliki pandangan dan perspektif yang berbeda-beda. 7. Membuat Kesimpulan Bagian akhir, barulah membuat kesimpulan dari hasil review yang sudah dilakukan. Cukup buat kesimpulan yang singkat, padat dan jelas. Karena dalam mereview buku, umumnya diberi batasan minimal katanya. Jumlah berapa kata dalam satu review, tentu saja setiap penyelenggara memiliki aturannya sendiri-sendiri. Aturan jumlah kata untuk lomba akan berbeda dengan aturan jumlah kata untuk keperluan surat kabar, majalah ataupun portal website. Baca Juga Cara Memulai Menulis Novel Cara Menjadi Penulis Novel dan Buku 21 Jenis Novel Berdasarkan Genre Tips Sederhana Cara Membuat Buku Novel Contoh Review Buku Setelah mengetahui cara membuat review, berikut ada dua contoh review buku yang pernah saya tulis dan pernah dipublikasikan . 1. Contoh Review Buku 1 Hidup Sehat Dengan Cara Mengetahui Penyakit Menular & Tidak Menular Judul buku Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular Pengarang Yandrizal, dkk Kategori Buku Referensi Bidang Ilmu Kesehatan ISBN 978-602-401-900-6 Ukuran 14×20 cm Halaman viii, 51 hlm Harga Rp. Tahun Terbit 2017 Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular Posbindu PTM karya Yandrizal dan kawan-kawan merupakan buku yang diharapkan mampu mewujudkan peran serta masyrakat dalam kegiatan deteksi dini. Jadi buku ini mengedukasi masyarakat bagaimana cara menyikapi dan melakukan pemantauan terhadap faktor risiko penyakit menular secara mandiri dan berkesinambungan. Belakangan ini banyak masyarakat hidup serba cepat. Sehingga banyak orang yang tidak mempedulikan faktor terjadinya risiko PTM. Apalai PTM ini salah satu penyakit yang tidak memperlihatkan gejala. BUku setebal 51 halaman ini sangat direkomendasikan untuk di baca. Di buku ini penulis akan memaparkan tujuan dan peranan stakeholder pada proses pembentukan, persiapan pelaksanaan, monitoring evaluasi untuk meningkatkan pengetahuan. Sebenarnya tidak hanya meningkatkan dan membentuk secara persiapan pelaksanaan saja, tetapi juga membentuk sikap, perilaku masyarakat untuk melakukan deteksi dini. Bagaimanapun juga, faktor risiko dan kemungkinan yang terjadi di dalam tubuh kita mengintai. Kelebihan buku ini menjelaskan tujuan tujuan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, yaitu untuk menggerakan peran stakeholder dalam upaya meningkatkan kesadaran untuk masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki kesadaran diri untuk melakukan pemeriksaan secara dini dan mulai hidup dengan cara sehat. Ada upaya pencegahan dan mengendalikan faktor risiko penyakit itu lebih penting. Di halaman 9, kita akan diajak cara melakukan identifikasi penyakit tidak menular itu seperti apa dan bagaimana. Salah satunya dengan menerapkan hidup sehat. Menurut WHO 2011 kategori penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskuler yang meliputi jantung dan stroke. Ada pula penyakit lain seperti kanker, diabetes dan penyakit pernapasan kronis. Meskipun beberapa penyakit tersebut tidak menular, tetap saja cikal bakal lahirnya penyakit-penyakit tersebut karena beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah diat tidak sehat, kebiasaan merokok, mengkonsumsi makanan dan minuman dari alkohol hingga karena kurangnya aktivitas fisik. Penyakit tidak menular dapat diartikan sebagai kondisi kronis yang tidak dihasilkan dari proses infeksi dank arena tidak menular. Bisa juga karena penyakit tersebut memiliki perjalanan panjang, yang tidak sembuh secara spontan. Masih mengacu pada WHO bahwa karakteristik penyakit tidak menular dipengaruhi oleh penyebab, faktor risiko, periode latin yang panjang, asal tidak menular, penyakit berkepanjangan dan karena terjadi gangguan fungsional atau cacat. Buku yang diterbitkan di tahun 2017 ini pun juga akan mempelajari tentang bagaimana sih cara membentuk pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular. Sayangnya buku ini dari cara penyampaian masih terkesan kaku dan formal. Meskipun demikian, dari segi tips, dan ilmu yang dibagikan sangat membukakan pandangan kita. 2. Contoh Review Buku 2 Ingin Hidup Sehat? Kuasai Ilmu Ekonomi Pangan dan Gizi Di Sini Judul Buku Ekonomi pangan dan gizi Pengarang Nanik Rustanti ISBN 978-602-401-144-4 Ukuran cm Halaman xviii, 194 hlm Harga Rp. Tahun Terbit 2015 Ingin menjadi seorang ahli gizi? Ternyata menjadi seorang ahli gizi bukanlah hal gampang loh. Karena ada ilmu tersendiri. Sampai-sampai ada jurusan khusus yang mempelajari ilmu satu ini nih. Salah satu bukunya karya Ninik Rustanti, Buku setebal 194 tidak hanya mengulas perkembangan ekonomi pangan dan gizinya saja loh. Tetapi juga akan mengulas sistemnya. Jadi buat kamu nih, yang tertarik ingin mendapatkan buku ini, pastinya penasaran ingin melihat ulasan lebih lengkapnya bukan. Langsung saja, cekidot. Konsep Permintaan dan Penawaran Ekonomi Saat mempelajari ekonomi pangan dan gizi pada konsep permintaan dan penawaran pastinya sudah tidak asing lagi bukan. Dalam konsep permintaan, terdapat dua variabel yang saling berhubungan, yaitu jumlah permintaan dan tingkat harga. Harga yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta, sedangkan waktu dianggap konstan. Ada pula yang disebut dengan istilah hukum penawaran. Hukum penawaran dapat diartikan, ketika semakin tinggi harga barang, maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Nah nantinya aka nada kurva penawaran yang dapat bergeser karena faktor teknologi, harga input, jumlah penjual dan harapan. Di bab inilah nantinya kamu akan mempelajari beberapa hal, mulai mempelajari jenis-jenis permintaan, mempelajari hukum permintaan, faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran dan masih banyak lagi. Konsep Elastisitas Harga Ilmu ekonomi pangan dan gizi ternyata ada landasan dasar yang harus kamu tahu. Khususnya buat kamu yang memang fokus di jurusan ini. Di bab konsep elastisitas harga akan mempengaruhi beberapa perubahan variabel dari harga terhadap permintaan. Dimana hal ini seringkali tidak begitu diperhatikan oleh para mahasiswa. Setidaknya di bab ini kamu akan diajak mempelajari konsep elastisitas permintaan, elastisitas silang, elastisitas penawaran dan elastisitas silang. Jadi, meskipun ilmu ini mempelajari ilmu gizi, mahasiswa tetap dituntut untuk mempelajari landasan dan mampu merencanakan program pangan dan gizi. Tujuannya agar mahasiswa minimal bisa menganalisis program pangan dan gizi. Kelebihan buku yang diterbitkan Deepublish, di sini kamu akan mempelajari bagaimana konsep dan cara menghitung elastisitasnya loh. Karena ada rumus yang perlu kamu pahami pula. Kelebihan yang lain, buku ini dikemas menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan pastinya tidak membosankan. Perilaku Konsumen Masih di dunia ekonomi pangan dan gizi, di dalam buku ini kamu akan mempelajari pola perilaku konsumen. Ilmu yang mempelajari perilaku konsumen ini erat kaitannya dengan tingkat kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen menjadi ukuran untuk mengetahui kepuasan sekaligus dapat digunakan sebagai evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian. Tampaknya konsumen sepele, tetapi sangat penting. Oleh karena itu, di dalam buku ini kamu akan diajarkan beberapa aspek kepuasan konsumen. Aspek tersebut meliputi ketanggapan pelayanan, kecepatan transaksi, keberadaan pelayanan, profesionalisme dan kepuasan menyeluruh dengan jasa atau pelayanan. Di sana kamu juga akan mempelajari tentang ciri-ciri konsumen yang puas dengan pelayanan kamu. Apa saja dan bagaimana, kamu bisa mempelajari bukunya di bukunya. Kelebihan buku ini, diulas secara menyeluruh. Dan disana pun kamu akan mempelajari beberapa pendekatan perilaku konsumen marginal utility. Teori Biaya dan Harga Pangan – zat Gizi Ilmu ekonomi pangan dan gizi akan mengajak kamu untuk belajar teori biaya. Dimana teori ini akan mengajak kamu untuk mempelajari harga barang dan jasa yang diproduksi produsen. Nah, di sani, tahukah kamu jika teori lahirnya teori biaya ini sebagai landasan dan merencanakan program pangan dan gizi, serta dapat menganalisis program pangan dan gizi. Berbeda lagi di bab harga pangan zat gizi, di bab ini kamu pun akan mempelajari perencanaan biaya produk yang mempertimbangkan beberapa nilai gizi dan pangannya. Jadi mahasiswa yang mengambil di ekonomi pangan dan gizi ini diharapkan mampu melakukan analisis program pangan dan gizi. Ternyata ilmu hitung-hitungan dan rumus tidak hanya dipelajari dicabang ilmu matematika dan Fisika saja. Di ilmu ekonomi pangan dan gizi pun juga ada rumusnya. Nah, di sini pun kamu akan mempelajari beberapa rumus harga zat gizi dan masih banyak lainnya. Karena konteks ini adalah buku ajar, maka setiap akhir pembahasan setiap sub babnya, akan ada tes untuk mengukur seberapa tingkat pemahaman kamu. Kelebihan buku ini, nantinya kamu pun akan disediakan oleh kunci jawaban tes formatif. Dari contoh review buku di atas, jika masih penasaran dengan contoh review buku yang lain, kamu juga bisa cek di di sana ada banyak sekali pilihan dan contoh tentang review buku. Semoga sedikit ulasan ini bermanfaat. Irukawa Elisa Artikel Terkait Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel 13 Cara Efektif Membaca Buku agar Waktu Lebih Efisien Ciri-Ciri Buku Ilmiah Berkualitas Pentingnya Literature Review dalam Pembuatan Jurnal
Information 2.433 views. Cara membuat jurnal yang dilakukan perlu memperhatikan pula penilaiannya. Penilaian jurnal perlu melihat beberapa aspek. Cara membuat jurnal ilmiah, terdapat beberapa kriteria yang akan dinilai. Sebelum diterbitkan, dalam cara membuat jurnal dilakukan dengan mempelajari dan memahami peraturan yang berlaku.
Penilaian terhadap buku dilakukan pada bagian berikut,kecuali.. dan kreativitas penulisan ide dan tulisan yang digunakan wajah buku layout buku bukuMaaf kalo salah!! JawabanPenjelasanD. penerbit buku
Penilaianobservasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap No Nama Siswa Sikap spiritual Sikap sosial Jumlah Skor Mensyukuri 1-4 Jujur 1-4 Kerja sama 1-4 Harga diri 1-4
Pendahuluan Masalah evaluasi termasuk salah satu masalah yang banyak dibicarakan, baik oleh para ahli pendidikan, konselor, kepala sekolah dan khususnya guru yang sehari-hari terlibat langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam semua pembahasan tentang sistem instruksional, evaluasi hasil belajar mengajar menempati pusat perhatiah tersendiri, karena erat sekali hubungannya dengan usaha peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Evaluasi pendidikan memiliki ruang lingkup yang luas. Dalam evaluasi pendidikan paling sedikit mencakup tiga sasaran pokok, yaitu evaluasi proses, evaluasi hasil belajar, dan evaluasi program. Evaluasi proses belajar menyangkut, kegiatan guru dalam pembelajaran, interaksi guru dan peserta didik, interaksi peserta didik dengan peserta didik dan keterlaksanaan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi ranah kognitif, apektif, dan psikomotor. Evaluasi program pendidikan, antara lain penilaian terhadap semua komponen pendidikan tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sasaran pendidikan. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian Nitko, 1996. Banyak guru atau calon guru yang telah memiliki kemampuan yang memadai tentang bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan bahan pelajaran secara terperinci, memilih dan menentukan metodelogi mengajar, menyiapkan media dan sarana pembelajaran, tetapi masih belum memiliki kemampuan yang diharapkan dalam bidang evaluasi hasil belajar. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan melakukan evaluasi merupakan kemampuan profesional yang harus dikuasai oleh setiap guru atau calon guru. Menguasai kemampuan ini tidaklah mudah, tetapi memerlukan latihan dan pengalaman lapangan yang memadai. Kemampuan dalam bidang evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar bukan hanya bermanfaat dalam proses belajar mengajar, tetapi juga bermanfaat dalam rangka penelitian ilmiah, yaitu tentang bagaimana cara membuat alat ukur yang valid dan reliabel. Dalam menyusun alat ukur diperlukan beberapa langkah, yaitu cara menyusun/menulis alat ukur serta menganalisis alat ukur sehingga menjadi alat ukur yang valid dan reliabel. Penulisan Butir Soal Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Pada dasarnya ada dua jenis alat ukur, alat ukur berupa tes Maximum Performance Test dan alat ukur non-tes Typical Performance Test. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, guru dapat menggunakan kedua jenis alat ukur tersebut. Tes dapat diartikan sebagai alat atau presedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara/aturan tertentu. Berarti alat berupa tes atau soal, berarti prosedur bisa berupa pelaksanaan. Testeeng adalah proses pelaksanaan tes, testee adalah peserta tes, tester adalah orang yang melakukan tes. Ada tiga jenis tes, yaitu a tes tulis, tes yang menuntut jawaban secara tertulis. Tes ini terdiri dari tes esai tersetruktur, bebas, terbatas dan tes objektif pilihan ganda, benar salah, isian singkat, menjodohkan, b tes lisan, menuntut jawaban secara lisan individu, kelompok, dan c tes tindakan, menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan kinerja, penugasan/projek, produk/hasil karya. Sedangkan non-tes, tidak memerlukan jawaban benar dan salah, seperti observasi, inventori, wawancara, kuisioner/angket, sosiometri, otobiografi, studi dokumenter, studi kasus. Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Tabel 1. di bawah ini menyajikan beberapa teknik penilaian dan bentuk instrumennya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1ANALISIS BUTIR SOALI WAYAN EKA MAHENDRAProdi Pendidkan Matematika FPMIPA IKIP PGRI BaliE-mail eka_undiksha Disampaikan pada Workshop Peningkatan Kompetensi Evaluasi Pembelajaran GuruSLB N 1 Buleleng, Singaraja 4 - 7 September 2019PendahuluanMasalah evaluasi termasuk salah satu masalah yang banyak dibicarakan, baik oleh para ahlipendidikan, konselor, kepala sekolah dan khususnya guru yang sehari-hari terlibat langsung dalamproses pendidikan di sekolah. Dalam semua pembahasan tentang sistem instruksional, evaluasi hasilbelajar mengajar menempati pusat perhatiah tersendiri, karena erat sekali hubungannya denganusaha peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Evaluasi pendidikan memiliki ruanglingkup yang luas. Dalam evaluasi pendidikan paling sedikit mencakup tiga sasaran pokok, yaituevaluasi proses, evaluasi hasil belajar, dan evaluasi program. Evaluasi proses belajar menyangkut,kegiatan guru dalam pembelajaran, interaksi guru dan peserta didik, interaksi peserta didik denganpeserta didik dan keterlaksanaan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menyangkut hasil belajarjangka pendek dan jangka panjang yang meliputi ranah kognitif, apektif, dan psikomotor. Evaluasiprogram pendidikan, antara lain penilaian terhadap semua komponen pendidikan tujuan pendidikan,isi program, strategi pelaksanaan program, dan sasaran pendidikan. Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untukmeningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan,peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiappenilaian Nitko, 1996. Banyak guru atau calon guru yang telah memiliki kemampuan yang memadaitentang bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan bahan pelajaran secaraterperinci, memilih dan menentukan metodelogi mengajar, menyiapkan media dan saranapembelajaran, tetapi masih belum memiliki kemampuan yang diharapkan dalam bidang evaluasi hasilbelajar. Oleh karena itu, kemampuan dan keterampilan melakukan evaluasi merupakan kemampuanprofesional yang harus dikuasai oleh setiap guru atau calon guru. Menguasai kemampuan ini tidaklahmudah, tetapi memerlukan latihan dan pengalaman lapangan yang memadai. Kemampuan dalambidang evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar bukan hanya bermanfaat dalam proses belajarmengajar, tetapi juga bermanfaat dalam rangka penelitian ilmiah, yaitu tentang bagaimana caramembuat alat ukur yang valid dan reliabel. Dalam menyusun alat ukur diperlukan beberapa langkah,yaitu cara menyusun/menulis alat ukur serta menganalisis alat ukur sehingga menjadi alat ukur yangvalid dan reliabel. Penulisan Butir SoalAda beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik sebagai sarana untukmemperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat ituharus disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan pesertadidik, dan jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Pada dasarnya ada dua jenis alatukur, alat ukur berupa tes Maximum Performance Test dan alat ukur non-tes Typical PerformanceTest. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, guru dapat menggunakankedua jenis alat ukur tersebut. Tes dapat diartikan sebagai alat atau presedur yang digunakan untukmengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara/aturan tertentu. Berarti alat berupates atau soal, berarti prosedur bisa berupa pelaksanaan. Testeeng adalah proses pelaksanaan tes,testee adalah peserta tes, tester adalah orang yang melakukan tes. Ada tiga jenis tes, yaitu a tes tulis, tes yang menuntut jawaban secara tertulis. Tes ini terdiridari tes esai tersetruktur, bebas, terbatas dan tes objektif pilihan ganda, benar salah, isian singkat,menjodohkan, b tes lisan, menuntut jawaban secara lisan individu, kelompok, dan c tes tindakan,menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan kinerja, penugasan/projek, produk/hasil karya.Sedangkan non-tes, tidak memerlukan jawaban benar dan salah, seperti observasi, inventori,wawancara, kuisioner/angket, sosiometri, otobiografi, studi dokumenter, studi teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang sesuai. Tabel 1. di bawah inimenyajikan beberapa teknik penilaian dan bentuk instrumennya. 2Teknik Penilaian dan Bentuk InstrumenTeknik Penilaian Bentuk InstrumenTes tertulis1. Pilihan ganda, benar-salah, menjodohkandll. 2. Isian singkat dan uraianTes lisan Daftar pertanyaan1Tes praktik tes kinerja1. Tes identifikasi 2. Tes simulasi 3. Tes uji petik kinerja Penugasan individual atau kelompok Pekerjaan rumah Projek Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio Jurnal Buku cacatan jurnal Penilaian diri Kuesioner/lembar penilaian diri Penilaian antarteman Lembar penilaian antarteman Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secarakualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciristatistiknya Anastasi dan Urbina, 1997. Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soalperlu menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang hendak diukur. Denganmenentukan bagian tersebut penulis soal/guru akan mengetahui tujuan penulisan soal maupunbatasan-batasan materi yang disusun. Dalam evaluasi istilah ini sering disebut dengan konstruksi alatukur. Adapun proses kontruksi alat ukur tes secara lengkap dapat dilihat pada bagan berikut 1. Alur Kontruksi Alat Ukur TesTujuan pengukuran, menentukan tujuan pengukuran sangatlah penting, karena setiap tujuanmemiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya tujuan tes adalah mengetahui hasil/prestasibelajar melalui tes formatif atau sumatif, tujuan untuk diagnostik, atau tujuan untuk seleksi. Dalam teshasil belajar lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis,menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok,ulangan semester, ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian ukur merupakan atribut ciri, sifat, karakteristik dari orang, objek, atau peristiwa. Misalnyahasil belajar orang, tinggi objek, berat objek, panas peristiwa, dingin, sikap, dll merupakan sasaranukur. Bagi guru sasaran ukur utama adalah hasil belajar peserta alat ukur/tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang terkandungdalam butir-butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi yang telah dipelajari peserta suatu tes dikatakan kurang baik bila tes tersebut hanya memuat sebagian kecil materiyang diajarkan oleh guru. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk mendapatkan tes yangrepresentatif perlu dilakukannya analisis rasional. Artinya dengan melakukan analisis berdasarkanpikiran logik tentang materi-materi yang akan diteskan, tujuan tes, bentuk atau tipe tes serta jenjangkognitif yang akan dicapai. Untuk jenjang kognitif bisanya yang dipakai adalah taksonomi dari Bloomyang telah direvisi. Analisis rasional ini dituangkan dalam bentuk “kisi-kisi” atau “blue print” atau“cetak biru” atau “desain” atau “rancangan” yang berisi pokok uji yang termuat dalam tes. Berikut inidiberikan contoh format kisi-kisi butir KISI-KISI PENULISAN SOAL 3Jenis sekolah ……………………… Jumlah soal ………………………Mata pelajaran ……………………… Bentuk soal/tes ..................Kurikulum ……………………… Penyusun 1. …………………Alokasi waktu ……………………… 2. …………………No. Standar KompetensiKompetensi DasarKls/smtMateripokok Indikator JenjangKognitifNomorbutirIsi pada kolom 2, 3. 4, 5, dan 6 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalamsilabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 8. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telahdiajarkan secara tepat dan proporsional, komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudahdipahami, dan materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. Sedangkan untukmenentukan materi penting yang akan diukur dilakukan dengan memperhatikan kriteria Urgensi,yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik, Kontinuitas, yaitu materi lanjutanyang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata pelajaran lain, danKeterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menentukan jejang kognitif yang diukur, guru dapat mengambil atau memperhatikanjenjang kognitif dari Benjamin S. Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl 2001. Jenjang inimulai dari level kognitif 1 sampai dengan 6 C1-C6, yaitu Mengingat/remember C1,memahami/understand C2; mengaplikasikan/apply C3; menganalisis/analyze C4;mengevaluasi/evaluate C5; dan mencipta/create C6. Jenjang kognitif ini dicirikan oleh kata kerjaoperasional KKO yang termuat dalam indikator butir Kata Kerja Opersaional KKOMengingatC1MemahamiC2MenerapkanC3MenganalisisC4MengevaluasiC5MenciptakanC61 2 3 4 5 6MengenaliMengingatkembaliMembacaMenyebutkanMenjelaskanMengartikanMenginterpretasikanMenceritakanMemberi contohMelaksanakanMengimplementasikanMenggunakanMengonsepkanMenentukanMendiferensiasikanMengorganisasikanMengatribusikanMendiagnosisMemerinciMengcekMengkritikMembuktikanMempertahankanMemvalidasiMembangunMerencanakanMemproduksiMengkombinasikanMerangcangIndikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untukmerumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikatorpembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Setelah semua kolom yang terdapat padakisi-kisi terisi penuh, dilanjutkan dengan menulis butir soal. Sebaiknya penulisan butir soal tidakdilakukan dalam satu buku/kertas sekaligus apalagi soal esai tetapi bisa dilakukan dengan membuatkartu soal. Dengan kartu soal akan sangat mudah dilakukan SOALJenis Sekolah ……………………............ Penyusun 1. ……………………Mata Pelajaran ……………………........... 2. ……………………Kls/Smt ……………………............ 3. ……………………Bentuk Soal ……………………............ Tahun Ajaran ……………………….Aspek yang diukur ……………………............KOMPETENSI DASAR BUKU SUMBERRUMUSAN BUTIR SOALMATERINO SOAL INDIKATOR SOALKETERANGAN SOALNO DIGUNAKAN UNTUK TANGGALJUMLAHPESERTADIDIKTK DP PROPORSI PEMILIHASPEK B C D E 4Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapanbahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yangsudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidahpenulisan soal uraian. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung padaperilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan denganmenggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukurdengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan gandamaupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama Butir SoalSetelah soal ditulis oleh guru dalam bentuk kartu soal, tidak serta merta guru bisamenggunakan soal tersebut untuk mengukur kemampuan peserta didik. Soal tersebut harus diujiketepatannya, dalam bahasa evaluasi disebut dengan “valid”. Validitas diartikan sebagai ketepatanalat ukur untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sebagai contoh pisau, silet, gunting, gergaji,gergaji mesin semua itu adalah alat pemotong, dari sekian alat pemotong tersebut manakah yangpaling tepat kita gunakan untuk memotong rambut? Alat potong yang paling tepat tersebutlahdinamakan valid. Untuk itu, agar memenuhi syarat sebagai instrumen yang baik guru harusmelakukan uji validitas. Uji validitas tahap pertama ini disebut dengan uji validitas “logik" atau“teoritik”. Validitas logik ini meliputi validitas konstraka construc validity dan validitas isi contenvalidity. Validitas konstrak adalah validitas untuk mengetahui ketepatan hasil ukur dengan sasaranukur Cronbach dan Meehl, 1955. Validitas konstruk atau bangun pengertian berkenaan dengankesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian-pengertian yang mengandung dalam materiyang diukurnya. Pengertian yang terkandung dalam konsep hasil belajar, sikap, minat motivasi danlain-lain harus jelas. Ini berarti kosep yang hendak diukur harus dikembangkan indikator-indikatornya..Misalnya hasil belajar, maka konsepnya adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah pesertadidik yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Sedangkandefinisi operasionalnya adalah total skor yang diperoleh peserta didik dari hasil menjawab tes yangdiberikan. Tes yang diberikan kepada peserta didik mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalammenguasai materi pelajaran yang telah isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yangseharusnya. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yanghendak diukur. Sebelum membuat kisi-kisi soal terlebuh dahulu penulis melakukan analisis kurikulumdan analisis buku pelajaran. Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan jumlah/bobot/proporsisoal masing-masing pokok bahasan/sub pokok bahasan yang nantinya digunakan untuk membuatkisi-kisi tes. Kalau pada analisis kurikulum yang digunakan untuk menentukan bobot soal adalahalokasi waktu, maka dalam analisis buku pelajaran yang digunakan adalah jumlah halaman tiap pokokbahasan. Pada prinsipnya kedua analisis tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu untukmenentukan bobot soal. Selain melakukan analisis kurikulum dan analisis buku pelajaran untukmenentukan bobot soal, validitas isi juga bisa ditentukan dengan cara meminta masukan dari temansejawat, senior, praktisi yang sering disebut ahli/pakar expert judgemen. Ahli tersebut akanmelakukan analisis telaah secara kualitatif terhadap butir soal. Telaah dimulai dari definisikonseptual, definisi operasional, indikator, sampai dengan butir istrumen. Telaah terhadap butir soalsecara kualititif ditinjau dari tiga hal, yaitu segi materi berkaitan dengan substansi keilmuan yangditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal, isi konstruksi berkaitandengan teknik penulisan soal, dan editorial/bahasa berkaitan dengan keseluruhan format dankeajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lain. Perbaikan butir soal dilakukan berdasarkancatatan-catatan yang diberikan oleh para ahli. FORMAT PENELAAHAN SOAL Mata Pelajaran .................................Kelas/semester .................................Penelaah .................................No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal1 2 3 4 5 … sesuai dengan indikator menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda2. Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi3. Pilihan jawaban homogen dan logis4. Hanya ada satu kunci soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas6. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja7. Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban 5No. Aspek yang ditelaah Nomor Soal1 2 3 4 5 …8 Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda9. Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi10. Gambar, grafik, tabel, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi11. Panjang pilihan jawaban relatif sama12. Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua jawaban di atas salah/benar" dan sejenisnya13. Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya14. Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia16. Menggunakan bahasa yang komunikatif17. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu18. Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertianValiditas isi butir soal yang menggunakan penilaian rater dengan teknik moderator atau panelbisa dihitung dengan menggunakan formula dari Gregory 2000 maupun formula Lawshe 1975.Setelah menentukan tujuan pengukuran sampai pada penentuan validitas logik, butir soal yangtersusun disebut dengan alat ukur sementara lihat Gambar 1, Tahap-1. Disebut sementara karenabelum diuji lapangan atau empirik. Uji lapangan ini untuk menentukan validitas empirik, koefisienreliabilitas, daya beda DP, indeks kesukaran IK, maupun efektivitas pengecoh. Semua langkah-langkah diistilahkan dengan analisi butir soal secara klasik. Untuk tes yang bersifat dikotomi pilihanganda, kelima unsur tersebut harus dicari, sedangkan untuk tes yang bersifat politomi esai, angket,dll yang perlu dicari hanya validitas dan koefisien reliabilitas. a. Validitas EmpirikValiditas empirik terdiri dari dua bagian, yaitu validitas ramalan predictive dan validitaskesaman concurrent. Dalam validitas predictive yang diutamakan bukan isi, melainkan kreterianya,apakah penilaian tersebut dapat dugunakan untuk meramalkan suatu ciri, prilaku atau kreteria tertentuyang diinginkan. Misalnya apakah terdapat hubungan yang positif antara hasil tes UN peserta didikdengan dengan IPK ketika kuliah dikemudian hari. Validitas concurrent artinya membuat tes yangmemiliki persamaan dengan tes sejenis yang telah ada atau yang telah dibakukan. Pendapat lainmengatakan bahwa validitas kesamaan merupakan hasil pengukuran sesuai dengan pengalamanyang ada saat ini. Untuk menentukan validitas kesamaan suatu tes adalah dengan caramengkorelasikan hasil tes yang dibuat dengan tes sejenis yang telah baku. Tes baku untuk bidangstudi yang ada di sekolah memang sangat langka, sehingga untuk menentukan validitas kesamaantidak bisa dilakukan. Untuk mengatasi kelemahan ini uji validitas kesamaan bisa dilakukan dengancara mengkorelasikan skor tiap butir soal dengan skor total, validitas inilah yang sering disebutdengan validitas butir tes. Untuk menentukan koefisien validitas biasanya menggunakan korelasi pointbiserial untuk tes yang bersifat dikotomi benar salah dan korelasi product moment untuk tes yangbersifat Koefisien ReliabilitasReliabilitas alat penilaian pada hakikatnya menguji keajegan alat ukur tersebut apabiladiberikan berulangkali pada objek yang sama. Ada beberapa jenis reliabilitas, yaitu Koefisienekivalen atau pararel atau tes setara atau tes sejajar dihitung dengan korelasi product pararel di mana tes mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan tetapimemiliki butir-butir soal yang berbeda. Dua jenis tes yang berbeda tetapi memiliki bobot yang samadiberikan kepada testee yang sama double test, double trial method. Koefisien stabilitas atau test-retest, dapat dihitung dengan korelasi product moment, dengan cara memberikan sebuah tes kepadatestee yang sama pada waktu yang hampir bersaman, kemudian hasinya dikorelasikan single test,double trial method. Koefisien konsistensi internal, subuah tes diberikan kepada testee singletest, single trial method. Hasilnya bisa dibelah menjadi dua split half sert formula yang digunakanbisa Flanagan, Spearman-Brown, Rulon, Raju. Apabila tidak dibelah dua dihitung dengan rumuskoefisien alpha-cronbach untuk tes bersifat politomi, kuder-richardson KR di mana KR20 untukheterogen, sedangakan KR21 untuk homogen, serta formula Hoyt untuk reliabilitas inter rater. Guilfor1956 memberikan kisaran kreteria koefisien reliabilitas sebagai berikut. 0,00 ≤ r11 ≤ 0,20 sangat rendah 0,21 ≤ r11 ≤ 0,40 rendah 0,41 ≤ r11 ≤ 0,60 sedang 0,61 ≤ r11 ≤ 0,80 tinggi 0,81 ≤ r11 ≤ 1,00 sangat tinggi 6c. Daya BedaPengertian daya pembeda DP dari sebuah butir soal adalah menyatakan seberapa jauhkemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testee yang mengetahui jawabannyadengan benar dengan testee yang tidak dapat menjawab soal tersebut testee yang menjawab salah.Dengan kata lain daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakanantara testee yang yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuanrendah. Derajat daya pembeda DP suatu butir soal dinyatakan denagan indeks diskriminan yangbernilai -1,00 sampai dengan 1,00. Apabila indeks diskriminasi soal makin mendekati nilai 1,00 iniberarti daya pembeda soal tersebut akan semakin baik, begitu juga sebaliknya, jika indeksdiskriminasi suatu soal mendekati nilai 0,00 maka daya pembeda soal tersebut sangat jelek. Indeksdiskriminasi butir soal bernilai negatif antara 0,00 sampai -1,00 ini berarti kelompok testee kurangmampu banyak yang menjawab benar, sebaliknya banyak testee yang pintar menjawab jika suatu butir soal memiliki indek diskriminasi 0,00 berarti bahwa soal tersebut tidakmemiliki daya pembeda, artinya baik peserta didik pandai maupun yang kurang mampu menjawabbenar soal tersebut. Berikut ini rumus untuk menentukan daya pembeda suatu atau Dengan,DP = Daya pembedaJBA = Jumlah peserta didik kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar JBB = Jumlah peserta didik kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benarJSA = Jumlah peserta didik kelompok atasJSB = Jumlah peserta didik kelompok bawahKlasifikasi atau kreteria untuk daya pembeda adalah DP 0,00 Sangat jelek0,00 DP 0,20 Jelek0,20 DP 0,40 Cukup0,40 DP 0,70 Baik0,70 DP 1,00 Sangat BaikBeberapa kasus yang mungkin akan muncul dari rumus di atas, diantaranya 1 Jika DP = 1,00 maka akan diperoleh Sehingga JSA = JBA - JBBKondisi di atas akan terpenuhi untuk JBB = 0, sehingga JSA = JBA. Ini berarti semua pesertadidik kelompok atas menjawab soal tersebut dengan benar dan semua kelompok bawahmenjawab soal tersebut salah. Dengan demikian soal tersebut dapat membedakan peserta didikyang pandai dan peserta didik yang kurang Jika DP 0,00 maka akan diperolehmaka nilai JBA - JBB akan selalu bernilai positif atau . Ini berarti jumlah peserta didikpandai lebih banyak menjawab soal dengan benar daripada jumlah peserta didik yang Jika DP = 0,00 maka akan diperoleh atau Ini berarti jumlah peserta didik pandai yang mejawab benar sama dengan jumlah peserta didikkurang mampu yang menjawab benar. Kondisi ini menyatakan bahwa soal tersebut tidak dapatmembedakan peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang Jika DP 0,00 maka akan diperoleh atau 7Ini berarti jumlah peserta didik pandai lebih sedikit menjawab dengan benar daripada jumlahpeserta didik kurang mampu. Kondisi ini menyatakan soal tersebut membedakan peserta didikdengan keliru. Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan kelompok bawah. Proses penentuankelompok atas dan kelompok bawah dari testee adalah dengan cara mengurutkan skor setiap testee,dari sekor tertinggi sampai dengan skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27%kelompok Indek KesukaranTingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan peserta didikmenjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yangmenunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab betul butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkatkesukaran perangkat tes adalah bilangan yng menunjukakn rata-rata proporsi testee yang dapatmenjawab seluruh tes tersebut. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yangdisebut dengan indeks Kesukaran difficulty indexs. Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,00sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar,sebaliknya indeks kesukaran soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Rumus untukindeks kesukaran adalah sebagai 1 Tingkat kesukaran butir tes IKIK = indeks kesukaran butir tesnB = banyaknya testee yang menjawabbenar n = banyaknya testee seluruhnya2 Tingkat kesukaran perangkat tes IKPIKP = indeks kesukaran perangkat tesIK = indeks kesukaran tiap butir tesN = banyaknya butir tesKlasifikasi atau kreteria indeks kesukaran butir tes maupun indeks kesukaran perangkat tesadalahIK/IKP = 0,00 Terlalu sukar0,00 IK/IKP 0,30 Sukar0,30 IK/IKP 0,70 Sedang0,70 IK/IKP 1,00 Mudah IK/IKP = 1,00 Terlalu mudahe. Analisis PengecohMenganalisis fungsi pengecoh distractor dikenal dengan istilah menganalisis polapenyebaran jawaban butir soal pada soal bentuk pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh denganmenghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban butir soal atau yang tidak memilih pilihanmanapun blank. Dari pola penyebaran jawaban butir soal dapat ditentukan apakah pengecohberfungsi dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika palingsedikit dipilih oleh 5% pengikut PerbuatanTes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan padaperbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru dapatmengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi yang akan diujikan diukur dengan testertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tesperbuatan/praktik. Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta didik dapat digunakan beberapajenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja performance, penugasan project,dan hasil karya product. Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep dasarpenilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan pernyataanyang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya. Penilaian kinerja merupakanpenilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuanke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikanterlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan. Penilaian penugasan merupakanpenilaian tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yangharus diselesaikan peserta didik individu/kelompok dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi kemampuan 1 pengelolaan, 2 relevansi, dan 3 keaslian. Penilaian hasil karya 8merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk benda tertentu sepertihasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi 1 tahappersiapan pemilihan dan cara penggunaan alat, 2 tahap proses/produksi prosedur kerja, dan 3tahap akhir/hasil kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaianpada pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui 1adopsi, 2 modifikasi, atau 3 difusi Depdiknas, 2008. Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut. Materi, soal harus sesuai denganindikator menuntut tes perbuatan kinerja, hasil karya, atau penugasan. Pertanyaan dan jawabanyang diharapkan harus sesuai. Materi sesuai dengan kompetensi urgensi, relevansi, kontinuitas,keterpakaian sehari-hari tinggi. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atautingkat kelas. Konstruksi, menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Disusun pedoman gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan Rumusan kalimat soal komunikatif. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yangbaku. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salahpengertian. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu. Rumusan soal tidakmengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik Depdiknas, 2008.Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikandan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang menulis butir soal, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan penugasan merupakan penilaian tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian,pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan peserta didik individu/kelompok dalamwaktu tertentu. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi kemampuan 1 pengelolaan, 2relevansi, dan 3 keaslian. Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didikdalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung,dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi 1 tahap persiapan pemilihan dan cara penggunaanalat, 2 tahap proses/produksi prosedur kerja, dan 3 tahap akhir/hasil kualitas serta estetika hasilkarya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancangbangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui 1 adopsi, 2 modifikasi, atau 3 beberapa jenis alat ukur yang bisa digunakan guru untuk mengakses kemampuanataupun keberhasilan belajar peserta didik. Alat ukur tersebut bisa berupa tes dan non-tes. Alat ukurtes memberikan jawaban benar dan salah, sebaliknya non tes tidak. Alat ukur tes terdiri dari tespilihan ganda, benar salah, menjodohkan, esai, projek, dan kinerja. Sedangkn non-tes terdiri daripedoman observasi, inventori, wawancara, kuisioner/angket, sosiometri, otobiografi, studidokumenter, studi kasus. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam kontruksi alat ukurtersebuat adalah 1 menentukan tujuan pengukuran, 2 menentukan sasaran ukur, 3 membuat blueprint, 4 kartu soal, 5 analisis kualitatif, 6 revisi I, 7 uji coba empirik, 8 revsi II, dan merakit PustakaAnastasi. Anne and Urbina, Susana. 1997. Psicoholological Testing. Seventh Edition. New JerseyPrentice-Hall, dan Krathwohl, 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Asessing ARevision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. A Bridged Edition. New YorkAddison Wesley Longman, 2008. Panduan Penulisan Butir Soal. Departemen Pendidikan Nasional, DirektoranJendral Manajemen Pendidikan Dasar dan C. H. 1975. “A Quantitative Approach To Content Validity,” A Paper Presented at ContentValidity, a Conference Held at Bowling Green, State University, July 18, Anthony J. 1996. Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio Merrill an imprintof Prentice Hall Englewood J. Gregory. 2000. Psichological Testing History, Principles, and Applications. Toronto Allynand Bacon. ... Analisis kualitatif meliputi analisis validasi isi ketepatan materi yang diukur dalam tes dan analisis validasi konstruksi ketepatan konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti kisi-kisi tes, kurikulum yang digunakan, buku sumber, dan kamus bahasa Indonesia Mahendra et al., 2020. Namun, Azwar dalam Utomo, 2019 menegaskan bahwa Kedua tipe validitas tersebut dikatakan memiliki hasil yang layak/relevan jika pengujiannya telah melalui analisis rasional oleh panelis yang berkompeten atau expert judgment. ...Syarif RizaliaAndi Nuranissa SyamNourma YulitaThe purpose of this study aims is analyzing the content validation, construction validation, and the distribution of cognitive types of learning outcome tests made by the biology teacher of MAN Sekota Kendari in the odd semester of the 2017/2018. This research was conducted at MAN 1 Kendari and MAN Insan Cendekia Kendari. The ex post facto method was used in this research. The sample in this study was a test of biology learning outcomes at MAN Sekota Kendari grade X, XI, and XII in the odd semester of the 2017/2018. The data source in this study was the biology teacher. The instrument used in this research is the qualitative analysis sheet of the correlation test of learning. The data from this research were processed using descriptive analysis techniques. The results showed that in terms of content validation, the percentage of scores for grade X, XI, and XII in all basic competencies of biological material was categorized as very good. In terms of construct validation, the percentage of scores in class X and XII has a very good category and a good category, while class XI is categorized as very good. Furthermore, the comparison of the distribution of the cognitive type of learning result test was not good, namely so it can be concluded that the learning result test made by the biology teacher of MAN Sekota Kendari was correct in terms of its manufacture in terms of content and construct studies, but not yet. Precise in measuring the distribution of cognitive types of each question that is not yet ideal. Therefore, it is hoped that the biology teacher of MAN Sekota Kendari will also pay attention to the cognitive types on the tests that have been made in order to effectively and efficiently measure students' learning outcomes of biology. Keywords learning outcomes test, biology teacher. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kualitatif validasi isi, validasi konstruksi, dan penyebaran tipe kognitif tes hasil belajar buatan guru biologi MAN Sekota Kendari pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Kendari dan MAN Insan Cendekia Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode expost facto. Sampel dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar biologi MAN Sekota Kendari kelas X, XI, dan XII semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru biologi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar analisis kualitatif korelasi tes hasil belajar. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi validasi isi, persentase perolehan skor kelas X, XI, dan XII di semua komptensi dasar materi biologi terkategori sangat baik. Dari segi validasi konstruk, persentase perolehan skor di kelas X dan XII memiliki kategori sangat baik dan kategori baik, sedangkan kelas XI terkategori sangat baik. Selanjutnya, perbandingan penyebaran tipe kognitif tes hasil belajar belum baik mengikuti ketentuan yaitu sehingga dapat disimpulkan tes hasil belajar buatan guru biologi MAN Sekota Kendari sudah tepat dari segi pembuatannya ditinjau dari kajian isi dan konstruk, namun belum tepat dalam mengukur penyebaran tipe kognitif setiap soal yang belum ideal. Oleh karena itu, diharapkan guru biologi MAN Sekota Kendari juga memerhatikan tipe kognitif pada tes yang telah dibuat agar dapat mengukur secara efektif dan efisien hasil belajar biologi siswa. Kata Kunci tes hasil belajar, guru biologiC. H. LAWSHECIVIL rights legislation, the attendant actions of compliance agencies, and a few landmark court cases have provided the impetus for the extension of the application of content validity from academic achieve- ment testing to personnel testing in business and industry. Pressed by the legal requirement to demonstrate validity, and constrained by the limited applicability of traditional criterion-related methodologies, practitioners are more and more turning to content validity in search of solutions. Over time, criterion-related validity principles and strate- gies have evolved so that the term, "commonly accepted professional practice" has meaning. Such is not the case with content validity. The relative newness of the field, the proprietary nature of work done by professionals practicing in industry, to say nothing of the ever present legal overtones, have predictably militated against publication in the journals and formal discussion at professional meetings. There is a paucity of literature on content validity in employment testing, and much of what exists has eminated from civil service commissions. The selectipn of civil servants, with its eligibility lists and "pass-fail" con- cepts, has always been something of a special case with limited trans- ferability to industry. Given the current lack of consensus in profes- sional practice, practitioners will more and more face each other in adversary roles as expert witnesses for plaintiff and defendant. Until professionals reach some degree of concurrence regarding what con- stitutes acceptable evidence of content validity, there is a serious risk that the courts and the enforcement agencies will play the major determining role. Hopefully, this paper will modestly contribute to the improvement of this state of affairs 1 by helping sharpen the content ' A paper presented at Content Validity 1, a conference held at Bowling GreenAnastasiAnneSusana UrbinaAnastasi. Anne and Urbina, Susana. 1997. Psicoholological Testing. Seventh Edition. New Jersey Prentice-Hall, Penulisan Butir Soal. Departemen Pendidikan Nasional, Direktoran Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepdiknasDepdiknas, 2008. Panduan Penulisan Butir Soal. Departemen Pendidikan Nasional, Direktoran Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalamteknik yang satu ini, tidak semua elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan dalam sampel. Terdapat beberapa jenis Teknik pengambilan sampel tidak acak. 1. Purposive Sampling . Dalam teknik ini, seorang peneliti bisa memberikan penilaian terhadap siapa yang sebaiknya berpartisipasi di dalam sebuah penelitian. Eureka Pendidikan. Sebuah proses penilaian adalah sebuah proses justifikasi terhadap suatu objek yang dinilai. Dalam dunia pendidikan yang semuanya harus akuntabel, sebuah justifikasi harus didasari oleh suatu data dan harus memiliki tujuan. Justifikasi tanpa memberikan nilai edukasi tidak akan sesuai dengan tujuan dari pendidikan oleh karena suatu proses penilaian hendaknya bermakna lebih baik daripada sekedar mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. Berdasarkan peran dari suatu proses penilaian maka penilaian dilakukan dengan mematuhi beberapa kaidah. Dalam sebuah proses penilaian ada beberapa langkah yang harus ditempuh agar memberikan penilaian yang lebih bermakna dan otentik. Hal ini sangat diperlukan agar hasil dari penilaian dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak yang terlibat dalam pendidikan dan berkaitan dengan objek yang dinilai. 1. Penentuan Tujuan Penilaian Sebuah proses penilaian harus dimulai dari tujuan dari sebuah penilaian dilakukan. Penilaian dalam dunia pendidikan tentunya memiliki makna lebih dari sekedar memberikan kategori kepada peserta didik dalam bentuk justifikasi. Sebuah proses harus didasari tujuan memberikan edukasi kepada peserta lebih dari sekedar melakukan pengukuran. Tujuan edukasi dari proses penilaian harus dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, guru dan pengambilan kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Setelah tujuan edukasi telah terpenuhi, sebuah penilaian dirancang untuk menilai suatu aspek yang hendak dinilai. Sebuah proses penilaian tanpa disertai nilai edukasi tidak lebih dari sebuah proses pengukuran dan pemberian kategori berdasarkan hasil pengukuran. 2. Penyusunan Kisi-kisi Rosiana 2013 menyatakan bahwa kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Sebuah proses penilaian harus disesuaikan dengan proses yang diberikan selama proses pembelajaran, meskipun terdapat banyak nilai lebih yang didapatkan oleh peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran namun penilaian tanpa didasari tujuan dari proses pembelajaran akan menghasilkan penelitian yang bias. Langkah yang dilakukan dalam upaya menyesuaikan tujuan pembelajaran dan proses penilaian adalah menyusun kisi-kisi. Kisi kisi disusun untuk menunjukkan peta indikator yang mengindikasikan setiap aspek yang dibawakan dalam proses pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan dalam pemilihan indikator sebagai wakil-wakil yang aspek harus berimbang. Lebar dari kisi-kisi bergantung dari variabel yang ada pada tujuan pembelajaran. Penyusunan kisi-kisi juga harus disesuaikan dengan rasionalisasi waktu pelaksanaan pengambilan data dalam kasus ini pengukuran. Semakin banyak indikator yang ada maka semakin banyak juga waktu yang akan dibutuhkan untuk mengetahui eksitensi indikator pada objek peserta didik. 3. Perumusan Indikator Pencapaian Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut a. Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional. b. Tiap KD dikembangkan dua atau lebih indikator c. Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu butir instrumen. d. Indikator memiliki aspek manfaat atau terkait dengan kehidupan sehari-hari. 4. Penyusunan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan nontes. Langkah-langkah penyusunan instrumen disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya. a. Penyusunan tes tertulis Langkah – langkah menyusun tes tertulis adalah sebagai berikut. memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek materi/isi/konsep, konstruksi, maupun bahasa; mengacu pada indikator pencapaian; memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, misalnya bentuk isian, uraian, pilihan ganda atau lainnya;membuat kunci jawaban dan/atau pedoman penskoran. b. Penyusunan pedoman observasi Langkah – langkah menyusun pedoman observasi adalah sebagai berikut. mengacu pada indikator pencapaian;mengidentifikasi perilaku atau langkah kegiatan yang diobservasi; menentukan model skala yang dipakai, yakni skala penilaian rating scale atau daftar cek check list;membuat rubrik atau pedoman penskoran. c. Penyusunan wawancara Langkah–langkah menyusun pedoman wawancara adalah sebagai berikut. Merumuskan tujuan kisi – kisi dan pedoman pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pernyaan yang diinginkan, untuk itu perlu diperhatikan kata – kata yang digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defenitif. Melakukian uji coba untuk melihhat kelemahan – kelemhan pertanyaan yang disusun, sehingga dapat wawancara dalam situasu yang sebenarnya. d. Penyusunan penugasan Tugas Rumah/Proyek 1 mengacu pada indikator pencapaian; 2 mengacu pada jenis tugas yang dikerjakan; 3 membuat rubrik/pedoman penskoran. 5. Telaah Instrumen Instrumen penilaian yang telah disusun harus ditelaah terlebih dahulu sebelum diujikan. Telaah instrumen dalam bentuk tertulis, lisan, maupun perbuatan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. a. Telaah Instrumen Secara Kualitatif Analisis instrumen secara kualitatif dilakukan dengan menelaah atau mereviu instrumen penilaian yang telah dibuat. Pada tahap ini instrumen melalui validitas isi yang dilakukan oleh expert judment. Telaah secara kualitatif mencakup aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Mardapi 2007 137 menyatakan bahwa aspek materi berkaitan dengan substansi keilmuan dan tingkat berpikir yang terdapat dalam instrumen. Aspek konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan instrumen dalam bentuk objektif ataupun non-objektif. Aspek bahasa berkaitan dengan tingkat komunikatif atau kejelasan hal yang ditanyakan dalam instrumen. Penelaah aspek-aspek tersebut adalah ahli yang memiliki pengetahuan tentang pembuatan instrumen yang baik. Selanjutnya, berdasarkan hasil telaah tersebut dilakukan revisi terhadap butir instrumen yang kurang baik. Hasil revisi setiap butir instrumen akan digunakan untuk ujicoba. b. Telaah Instrumen Secara Kuantitatif Analisis instrumen secara kuantitatif dimaksudkan untuk mencari bukti validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis tersebut juga dihitung tingkat kesukaran dan daya beda butir soal. Dalam konteks penilaian acuan kriteria, analisis butir soal lebih diutamakan pada analisis daya serap peserta didik dan sensitivitas butir terhadap proses pembelajaran. Butir tes yang memenuhi syarat sebagai butir tes beracuan kriteria adalah butir yang tidak dapat dikerjakan sebelum proses pembelajaran tetapi berhasil dikerjakan peserta didik setelah proses pembelajaran. Indeks sensitivitas dapat dihitung dengan mencari selisih banyaknya peserta didik yang menjawab benar dalam tes akhir sesudah proses pembelajaran dan banyaknya jumlah peserta didik yang menjawab benar dalam tes awal kemudian dibagi jumlah seluruh peserta tes. 6. Pelaksanaan Penilaian Penilaian untuk mata pelajara IPA dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan KI dan KD. Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan/atau tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran. Penilaian harus dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan optimalnya. Untuk itu, penilaian harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian. Guru kelompok mata pelajaran juga bertanggungjawab pula menilai aspek afektif peserta didik, baik yang berkait dengan akhlak maupun kepribadian. Hasil penilaian terhadap akhlak peserta didik akan dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran pendidikan agama menentukan nilai akhlak peserta didik untuk dilaporkan pada buku laporan pendidikan atau rapor. Demikian pula, hasil penilaian terhadap kepribadian peserta didik juga akan dijadikan pertimbangan pada saat guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk menentukan nilai kepribadian peserta didik untuk dilaporkan pada buku laporan pendidikan atau rapor. Untuk menilai akhlak peserta didik, guru mata pelajaran melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas yang berkait antara lain dengan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, dan hubungan sosial. Untuk menilai kepribadian peserta didik, guru mata pelajaran melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan kepribadian seperti percaya diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama. pUHmsX.
  • mwq55ucub6.pages.dev/83
  • mwq55ucub6.pages.dev/92
  • mwq55ucub6.pages.dev/37
  • mwq55ucub6.pages.dev/30
  • mwq55ucub6.pages.dev/237
  • mwq55ucub6.pages.dev/87
  • mwq55ucub6.pages.dev/147
  • mwq55ucub6.pages.dev/94
  • mwq55ucub6.pages.dev/280
  • penilaian terhadap buku dilakukan pada bagian berikut kecuali